Pages

Kamis, 21 Oktober 2010

Pertengkaran Teman & Sahabat

aku mempunyai banyak sekali teman. Dengan sekedar bersalaman tangan saja bisa jadi teman, tetapi tidak untuk menjadi seorang sahabat. Bukti terbaik dari persahabatan yang sejati adalah loyalitas.

Sahabat yang loyal artinya seseorang yang selalu mengasihi tanpa syarat. Sahabat yang loyal berarti menjadi sahabat yang selalu hadir dalam kondisi yang baik bahkan yang buruk. Sahabat yang loyal artinya seorang yang tetap mempertahankan hubungan persahabatan walaupun artinya berkorban.

Sahabat yang loyal artinya seseorang yang menaruh kasih di setiap waktu dan menjadi saudara dalam kesukaran.

Aku mempunyai satu cerita di dalam hidupku tentang seorang teman:

Pada hari pertama sewaktu masuk SMA, aku tak tahu harus bagaimana. Kakak-kakak kelas terlihat menyeramkan di depanku. Dengan suara yang keras mereka memerintah murid-murid ingusan. Aku hanya menuruti semua perintah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Murid-murid baru terlihat bodoh didepan mata umum, begitupula dengan rupaku. Rasanya tersiksa sekali berpakaian SMP yang compang-camping, padahal aku ini kan udah lulus dan ingin sekali tampil keren dengan seragam baru.

Setelah lama dikerjain oleh kakak-kakak akhirnya istirahat juga, kami duduk di kelas secara acak. Perutku yang kelaparan akhirnya terpuaskan dengan bekal yang disiapkan oleh Ibunda. Masih tersisa waktu istirahat, aku melihat anak-anak baru mulai menyapa teman-teman mereka. Ternyata mereka sebagian besar berasal dari SMP yang sama.

Berbeda denganku, aku berasal dari SMP yang berbeda provinsi sehingga aku tidak mempunyai teman yang sudah ku kenal sebelumnya. Tetapi ada satu anak mendekatiku dan menyapaku. Dia bernama David, aku melihat di papan nama yang menempel di badannya. Ia menanyakan tentang asal sekolahku, karena dia belum pernah melihatku sebelumnya. Dengan expresi terkejut dia menatapku karena aku berasal dari SMP yang sangat jauh. Bel menutupi istirahat dan aku pun siap untuk menghadapi kakak-kakak di lapangan.

Hari pertama di sekolah akhirnya berlalu, satu bel yang mengakhiri semua aktivitas ospek. Gerbang dibuka dan anak-anak langsung keluar. Tiba-tiba aku tersadar, bagaimana aku pulang? Aku tidak tahu harus bagaimana untuk pulang ke rumah karena tadi pagi aku dibawa oleh Bapak ku. Lalu aku menunggu David, berharap dia bisa membantu ku. Tak lama ia pun datang dengan teman-temannya dan aku mulai bertanya kepadanya. Sangat tidak diharapkan dia menggelengkan kepalanya lalu pergi dengan teman-temannya.

Aku hanya menceritakan satu sisi temanku yang bernama David.
Dan sekarang aku ingin menceritakan tentang sahabatku:

Hari-hari sekolah telah dimulai, sekarang aku menduduki bangku SMA kelas 1-4.

Tidak kusangka, akhirnya aku memakai seragam SMA yang keren. Mereka yang memakai seragam SMP harus memanggilku kakak sekarang. Banyak sekali aku berkenalan dengan murid-murid dikelas ku, sampai-sampai aku harus mengucapkan namanya berkali-kali dikepalaku sendiri. Mereka adalah teman-teman ku sekarang.

Kegiatan disekolah membuat hari begitu cepat berganti, tak terasa sudah terlewati 10 bulan. Hari itu, ditengah-tengah pelajaran olahraga, kita diperbolehkan bermain apa saja yang kita inginkan. Aku memilih untuk bermain basket bersama teman-temanku. Saat bermain, karena hal yang sepele terjadilah pertengkaran diantara aku dan temanku, dia bernama Rudolfi. Tidak tahu mengapa aku begitu benci terhadapnya, sampai-sampai aku tidak ingin mengucapkan sepatah kata pun kepadanya.

Pada saat kelas 2 SMA, aku sekelas lagi dengan Rudolfi. Aku pun masih teringat kalau aku pernah bertengkar dengannya, tetapi itu tidak mengganggu pikiranku. Aku memiliki banyak teman sekarang, kehilangan satu teman tidak ada artinya buat ku. Aku pun masih bisa bercanda dengan teman lain, masih bisa ketawa-ketiwi dengan yang lain.

Pikiranku memang sangat bodoh saat itu.

Suatu saat, pesta diadakan pada malam minggu oleh kakak-kakak kelas, pesta ini sangat meriah karena bukan hanya dari sekolah kita saja yang hadir tetapi dari sekolah lain juga ikut meramaikan suasana. Acara berlanjut sampai larut malam dan akhirnya berakhir sudah acaranya. Orang-orang mulai berangsur-angsur pulang dan aku pun ingin pulang bersama dengan temanku.

Tetapi, tidak kusangka mereka sudah pulang duluan dan aku bingung karena tidak ada lagi angkutan umum yang lalu-lalang di jalan. Aku mulai gelisah memikirkan jalan keluar. Tiba-tiba motor berhenti didepanku, dia adalah Rudolfi. Rudolfi lah yang mengendarai motor tersebut dan dia menawarkan aku untuk mengantarkan aku pulang. Begitu malunya aku, aku tampak seperti orang bodoh yang kebingungan dan akhirnya aku menerima tawaran dia. Rumah kita memang sejalur, tetapi rumah dia lebih jauh daripada rumah ku.

Setelah aku di turunkan di komplek perumahan ku, aku mengucapkan terima kasih kepadanya dan dia tersenyum seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa diantara kita. Mungkin dia sudah melupakan pertengkaran kita, lalu betapa bodohnya diriku masih mengingat-ingat pertengkaran yang sudah begitu lama terjadi.

friendKeesokan harinya, aku mulai menyapa dirinya lalu mengucapkan terimakasih lagi kepadanya. Dia menganggap hal ini adalah hal yang kecil, tetapi hal ini merupakan pelajaran yang paling berarti dalam hidupku. Ternyata, Rudolfi adalah teman yang paling baik yang pernah kutemui. Dia selalu menolong aku dalam kesusahan dan selalu berkorban. Aku pun mulai menirukan gayanya, kita saling menolong, kita saling berkorban dan kita saling berbagi dalam kesusahan bahkan kesenangan.

Dari 2 cerita pengalaman hidupku tentang teman dan sahabat. Aku berkesimpulan bahwa teman sangat gampang dicari tetapi sahabat sangat susah didapatkan. Dan jangan pernah mengecewakan ataupun membenci temanmu, selalu bantu mereka bila mereka membutuhkan pertolongan mu.

0 komentar:

Posting Komentar